Welcome to My Blog

Thanks for your visit and join to my blog.

Saturday, February 11, 2012

Cantik tapi Durhaka


Cantik tapi Durhaka

                Dahulu kala hiduplah seorang janda setengah baya dengan seorang anak gadinya yang bernama si Umbut Muda. Gadis itu begitu cantik parasnya. Rambutnya panjang terurai.
                Kecantikan si Umbut Muda memang tidak ada bandingnya di zaman itu. Sungguh tak dapat dicari duanya. Karena selalu dipuji-puji, si Umbut Muda jadi tinggi hati, congkak, dan angkuh. Pakaiannya pun mestilah kain sutra termahal. Untunglah harta peningggalan almarhum ayahnya memang cukup untuk memenuhi keperluan si Umbut Muda. Kalau tidak apalah yang diharapkan, ibunya Cuma seorang pengrajin tenun mengambil upah menenun kain songket ke sana ke mari, sekedar cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja.
                “Mak, jangan hendak senang-senang saja, ikut menghabiskan harta peninggalan ayahku,” tegur si Umbut Muda, bila suatu ketika melihat ibunya istirahat tidak menenun. Padahal saat itu ibunya memang sedang kelelahan.
                Tidak puas berceloteh panjang, si Umbut Muda masih juga bermasam muka, wajahnya cemberut. Ibunya di rumah mewah ukuran di zaman itu, dihardik dan kadang-kadang terpaksa tidur di serambi rumah bertemankan nyamuk yang gatalnya bukan main.
                “Hem, rasailah oleh Mak!” kata si Umbut Muda , tatkala ibunya terpaksa tidur di serambi rumah seperti itu.
                “Umbut suruh ambil sisir jatuh saja Mak tak segera ambilkan. Tak sempatlah, benang tenun kusutlah, macam-macam alasan,” kata gadis jelita itu menghardik ibunya yang terbaring beralaskan tikar ubang.
                “Itulah namanya hukuman bagi orang tua pemalas!”
                Ibu yang bernasib malah itu harus duduk di bawah perintah si Umbut Muda, anak satu-satunya yang cukup dikasihi, dimanjakan sejak dalam buaian hingga gadis remaja.
                “Maafkan Mak!” ibunya mengiba-iba. “Mak, khilaf, maafkanlah!”
                Bila sudah melihat orang tua itu mengalah, meminta maaf, dan ia merasa disanjung-sanjung. Ketika itulah si Umbut Muda mengizinkan kembali supa ibunya tidur di rumah menempati sebagaimana mestinya.
                Pada suatu hari menikahlah puteri seorang bangsawan ternama, undangannya terdiri atas orang-orang ternama, jemputan terhormat termasuk si Umbut Muda. Ia tinggal di seberang Sungai Jantan.
                “Mak, berpakaianlah!” perintah si Umbut Muda kepada ibunya. “Mak adalah tukang paying, Umbut hendak ke pesta pernikahan orang,” katanya.
                “Iyalah, Umbut,” sahut ibunya dengan patuhnya.
                Si Umbut Muda pun mengenakan pakaian serba mahal dan perhiasan yang gemerlap. Wajah si Umbut Muda bertambah cantik, anggun berjalan. Ia berpayung biru muda, diberi rumbai-rumbai manik kaca buatan Cina.
Lenggang lenggok si Umbut Muda tampak sangat kentara saat jembatan lintas Sungai Jantan dititinya. "Krut … krut …”  jembatan berderit-derit. Ibunya bertugas sebagai tukang payung berjalan disebelah kiri.
Entah apa yang menjadi penyebabnya, mungkin sudah kehendak Tuhan, tiba-tiba terlepas terlepas dua susunan gelang tangan kanan si Umbut Muda berdenting. Gelang-gelang itu terpelanting, lalu jatuh ke dalam sungai.
"Mak, gelang Umbut jatuh," kata si Umbut Muda. Ia menyuruh ibunya terjun ke air sungai. "Mak, ambil gelangku!" katanya sambil mendorong ibunya ke dalam sungai.
"Burr ...," gelembung-gelembung air mengangkat dari napas ibunya. "Burr...," air sungai pun menggelegak. Pada saat itu pula turun angin puting beliung bergulung-gulung, "Siuuuung ...."
Si Umbut Muda pun tergulung angin puting beliung itu. Ia terpelanting ke dalam sungai lalu tenggelam. "Maaak, to longlah aku ...!"
Akan tetapi, ibunya tak bisa berbuat apa-apa. Suara gadis itu semakin sayup akhirnya gadis durhaka itu mati lemas terikat tarikan lumpur. Sementara ibunga terangkat ke tebing sungai dengan selamat.

Dikutip dari "Kumpulan Cerita Rakyat dan Sejarah Nasional", M.B. Rahimsyah



No comments:

Post a Comment